Posts

30 Juz before Ramadhan

Baru sekitar 1 bulan aku mulai kembali setelah aku berhenti menyetorkan hafalan di masjid Habiburrahman selama 1.5 tahun. Selama itu pula, salah seorang sahabat hampir menyelesaikan hafalannya, sungguh membuat iri! Tapi iri yang menyemangati diri untuk segera menyelesaikan hafalan! Qodrullah aku dianugerahi seorang suami yang senantiasa mendukungku untuk terus berinteraksi dengan Alquran serta menjadikan kami Ahlullah. Begitu banyak cobaan melintang tetapi selalu hanya kepada Allah kami memohon pertolongan. Tak terasa usia Umar sudah 17 bulan, waktu yang panjang untuk seharusnya aku menyelesaikan hafalan quran tetapi nyatanya hhhh Aku berazzam lagi, untuk yang terakhir kalinya di target mengkhatamkan hafalan quran 30 juz, sebelum Ramadhan tahun ini. Berapa lama lagi kah? Hampir 7 bulan lagi alias 28 minggu. Selama itu pula aku harus fokus, selama itu pula aku harus yakin aku bisa!! In syaa Allah. Dan Umar saat itu hampir 2 tahun kurang 25 hari saja!! Ya Allah, laa haulaa walaa quwwa

Belajar Sabar Lagi, Umar's Toilet Training

Jadi, minggu ini ku berencana melatih Kakak Umar untuk BAK dan BAB di toilet. Alasannya, jelas ya pospak menjadi sampah yang tidak bisa didegradasi. Sedih melihat tumpukan popok yang berakhir tidak kemana-mana dan mengganggu pula 😭. Kedua, secara ekonomi membuang uang padahal kan uangnga bisa dipake jajan Ummu Umar 😳. Baru kami mulai tadi, alhamdulillah rekor hanya pakai 1 pospak hari ini! 😘. Sisanya pakai celana biasa yang kalau BAK pasti tembus ke lantai, disinilah aku harus bersabar menghadapi kenyataan sambil pel lantai. Awalnya aku terinspirasi dari seorang ibu yang sudah melatih anaknya sedari usia awal kelahiran. Aku kagum dan terinspirasi untuk praktik. Walaupun begitu, baru bisa berjalan dengan niat yang kokoh hari ini. Kumulai dengan langsung membawa Umar ke toilet pada saat bangun tidur. Alhamdulillah berhasil BAK di toilet. Sebenarnya Umar hampir selalu BAK di toilet pada saat bangun tidur, thanks to diligent Nenek. Setelah sarapan, aku melihat gelagat aneh pada Umar

Harus Selalu Ngaca

Setelah sekian lama hidup tenang dari perkara-perkara yang membuat kepala geleng-geleng, ternyata di 10 hari terakhir Ramadhan masih saja ada grup/kelompok yang mengusik persatuan kaum muslimin. Bukan sulap tentu saja karena tentu ada upaya nyata untuk mengenyahkan itu dari beranda-beranda di dunia maya. Tulisan ini mungkin bukan solusi bagi orang yang menutup nasihat apalagi yang sudah punya kavling di surga karena si penulis adalah manusia penuh dosa yang Allah senantiasa tutupi aib-aibnya. Ada sebuah trend di kalangan tertentu yang senantiasa melihat kekurangan atau cacat dari orang lain. Rasa-rasanya kebenaran hanya milik mereka. Katanya kelompok di luar mereka ada sesatnya, kalau mereka ya suci dan lurus. Sungguh, bukan karena kami anti nasihat. Tapi umbar kesalahan di ranah publik, kami kira bukan nasihat namanya. Kalau sekiranya ada orang mampu menjadi jalan hidayah bagi ribuan atau jutaan orang, bukan orang-orang yang kita pikirkan, tapi orang-orang yang boro-boro ke masji
Kalau kita harus menyebutkan rasa syukur kita hari ini, apa yang harus disyukuri? Jawabannya, terlalu banyak, bahkan usia kita tak akan cukup untuk mengungkapkannya. Kalau kita melihat orang lain dengan kebahagiaan yang mereka tampakkan, rasanya ada saja yang tidak kita miliki, ada saja yang kita cemburui. Susah kalau begini. Tetapi kalau kita melihat bahwa ada orang-orang yang melalui kehidupannya dengan penuh kesulitan, barulah kita sadari bahwa hidup kita serba dimudahkan. Tapi kita masih saja lupa untuk mensyukurinya. Dianugerahi seorang suami dengan segala kebaikan dan keburukannya, tetapi kita masih saja fokus pada keburukannya. Coba tengok cara tutur katanya yang lembut, caranya memotivasi kita untuk berbenah diri, caranya membantu kita mengumpulkan pundi pahala, caranya mendidik keluarga, caranya bersemangat mencari nafkah. Dianugerahi seorang anak yang pandai bicara, kita malah terganggu. Padahal boleh jadi, itulah yang akan menjadi jalan pahala kita. Maka syukur kita se

Ramadhan Jadi Ibu

One of the unexpected feeling adalah menjadi seorang ibu di bulan suci Ramadhan. Bulan yang Allah jadikan paling utama bak Nabi Yusuf alaihissalam di antara saudara-saudaranya. Bulan yang Allah turunkan AlQur'an, petunjuk, dzikir, furqon, syifa' bagi seluruh umat. Bulan yang Allah turunkan berbagai amal dengan pahala-pahala tak berhingga karena Dia saja yang mengetahuinya. Menjadi seorang ibu di bulan ini nampaknya harus menurunkan ekspektasi dapat memaksimalkan waktu melaksanakan ibadah Ramadhan sebagaimana saat kita melajang. Awalnya ada rasa duka, gundah, sedih, kecewa. Dengan semangat membara, ingin mencoba meraih ampunan melalui amalan-amalan yang dahulu sangat mudah dilakukan, mungkin bukan mudah tetapi tidak memiliki hambatan eksternal. Waktu berjalan, beberapa hari Ramadhan telah dilalui, rasa sedih masih menerpa ketika ingin menuntaskan shalat malam bersama imam namun sang buah hati punya keinginan berbeda. Dia butuh ibunya. Maka sang ibu terpaksa mengikuti keinginan

Be Grateful First

My sister just bought Ustadz Nouman's book, and I read a chapter. The very first chapter was stabbing right in the heart. I am reminded. It's the story of Musa 'alaihissalam. Do you remember? When Musa 'alaihissalam just killed a man and he went to desert with absolutely nothing in his hand. No food, no cloth except the one he's wearing, no house, no job, nothing. He sat under the shade of a tree, praying to Allah, "Rabbi inni lima anzalta ilayya min khairin faqir" "My Lord, I am truly in great need of any good that You might send down to me" (QS Al Qasas 28:24) Ustadz Nouman says in his book, that this du'a means, "Master, whatever you sent down my way-and this is in the past tense, I did not say whatever you 'sent' down my way: anzalta. Whatever you already sent down, I was in desperate need of it. In other words this shade and that water in front of him, that's all he gets right now. He doesn't have a house, he does

First of All

Years have passed since the last time I opened blogger. It was 2014 when I stopped writing on blogger because I moved to tumblr. Then, the government decided to block tumblr forever(?). I wrote a lot of meaningful writings there, I can say tumblr has became my heart for the last 8 years. Maybe, I should bury those memories on tumblr. Anyway, I should move on to a new place and I pick blogger to start writing inspirational articles etc. For me, writing has been part of my life since high school. I started by writing diary on my very special book. Sometimes, I re-read those writings to remind me that I constantly change, so does everyone. I feel shy re-reading because it was so funny and sometimes I can correct myself gramatically but I feel happy that I passed those difficult years. My writing and I will be quite different from those high school student or even college student. Now, I have different responsibility, different family, different point of view and different condition so