Ramadhan Jadi Ibu

One of the unexpected feeling adalah menjadi seorang ibu di bulan suci Ramadhan. Bulan yang Allah jadikan paling utama bak Nabi Yusuf alaihissalam di antara saudara-saudaranya. Bulan yang Allah turunkan AlQur'an, petunjuk, dzikir, furqon, syifa' bagi seluruh umat. Bulan yang Allah turunkan berbagai amal dengan pahala-pahala tak berhingga karena Dia saja yang mengetahuinya.

Menjadi seorang ibu di bulan ini nampaknya harus menurunkan ekspektasi dapat memaksimalkan waktu melaksanakan ibadah Ramadhan sebagaimana saat kita melajang. Awalnya ada rasa duka, gundah, sedih, kecewa. Dengan semangat membara, ingin mencoba meraih ampunan melalui amalan-amalan yang dahulu sangat mudah dilakukan, mungkin bukan mudah tetapi tidak memiliki hambatan eksternal.

Waktu berjalan, beberapa hari Ramadhan telah dilalui, rasa sedih masih menerpa ketika ingin menuntaskan shalat malam bersama imam namun sang buah hati punya keinginan berbeda. Dia butuh ibunya. Maka sang ibu terpaksa mengikuti keinginannya. Sampai tak terasa waktu telah sampai di penghujung acara.

Bukan sekali dua kali, bukan ibadah wajib atau sunnah, hampir di semua sesi ada interupsi. Maka, inilah ujian sesungguhnya. Sesungguhnya anak-anak kita juga termasuk ujian belaka. Mereka disebut berulang kali sebagai fitnah di dunia, yang mana bisa melenakan atau menambah semangat. Tetapi ada satu yang lupa, bahwa mendidik mereka pun adalah ibadah juga. Kita berpikir bahwa ibadah hanya sholat saja, puasa saja, padahal anak-anak kita juga.

Maka, untuk para ibu di luar sana, berbahagialah dengan segala nikmat yang. Berbahagialah dengan kehadiran anak-anak kita. Berapa banyak pasangan memimpikan kehadiran buah hatinya? Berapa banyak rela mengocek kantong tak hingga untuk menghadirkan penyejuk mata?

Berbahagialah, karena suatu saat ini, dengan izin Allah, mereka akan jadi sumber ampunan kita, mereka menjadi amal yang tiada putus-putusnya, mereka menjadi penyejuk mata-hati kita.

Bandung, 5 Ramadhan
Ummu Umar

Comments

Popular posts from this blog

Belajar Sabar Lagi, Umar's Toilet Training

Be Grateful First